Baginda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda, “Setiap sesuatu ada jalannya, dan jalan menuju surga adalah ilmu”. Kalau ilmu diibaratkan jalan menuju surga, maka kondisi ilmu sebagai jalan juga bermacam-macam. Ada ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik, cepat, dan bebas hambatan atau jalan tol, ada juga ilmu yang justru menjadi jalan terjal dan rusak. Ini adalah jalan yang membahayakan.
Ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan
berkah. Ilmu semacam inilah yang akan membuahkan kebajikan dan
kebahagiaan bagi pemiliknya secara khusus, dan bagi umat secara umum
baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keberadaan ilmu semacam ini,
kehidupan menjadi indah dan menyenangkan laksana surga. Ilmu yang akan
bermanfaat dan membawa berkah adalah ilmu yang diperoleh dengan etika
dan cara-cara yang benar. Sebaliknya, ilmu yang tidak disertai dengan
etika hanya akan menjadi bencana.
Lalu, bagaimana etika dalam mencari ilmu? Apa saja etika yang harus
dipegang teguh oleh para pencari ilmu? Dan bagaimana kita mencari ilmu
agar berrmanfaat dan membawa berkah?
Berikut kiat-kiatnya yang dikemukakan Dr. Anis Ahmad Karzun dalam bukunya Adab Thalib al-‘Ilmi (Manahij Tarbawiyah Taujihiyah Li Al-Ma’ahid Al-Qur’aniyah) yang telah diterjemahkan oleh Fadhlan Abu Yasir, Lc. dengan judul 13 Kiat Menuntut Ilmu Menuai Berkah:
1. Ikhlas
2. Amalkan ilmu, jauhi maksiat
3. Tawadhu’
4. Hormatilah ulama dan majelis ilmu
a. Diam dan dengarkanlah
b. Jangan banyak berdebat
c. Jangan banyak bertanya
d. Larangan melukai perasaan ulama
5. Bersabarlah
6. Teruslah mencari
a. Bertanya adalah kunci ilmu
b. Berambisilah mendapatkan buku
7. Jujur dan amanah
a. Siaga dan perhatian saat menerima ilmu
b. Kembali pada kebenaran ketika salah
c. Menjauhi kecurangan dalam ujian dan karya ilmiah
8. Sebarkan dan ajarkan
a. Memelihara ilmu dari orang bodoh
9. Zuhud terhadap dunia
10. Menjaga dan memanfaatkan waktu
a. Memanfaatkan masa muda
b. Jangan suka menunda-nunda
c. Gunakan waktu luang
11. Kajilah ilmu berulang-ulang
12. Bersikap sopan dan milikilah rasa malu
13. Bersahabatlah dengan orang shaleh
A. Syarah atau Keterangan Tambahan
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya
karena Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh harta
duniawi, maka ia tidak akan mendapati aroma surga” (HR. Abu Daud).
Dari Syaikh Malik bin Dinar rahimahullahu ta'ala,
ia berkata, “Seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkannya, maka
nasihatnya selalu meleset dari banyak hati, seperti tetesan air meleset
dari batu licin”.
Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat, seseorang didatangkan kemudian
dilemparkan ke dalam api neraka hingga keluarlah usus-usus dari
perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya seperti seekor keledai
mengitari penggilingan. Lalu para penghuni neraka pun berkumpul di
dekatnya dan berkata, ‘Hai Fulan, bukankah kamu yang dahulu
memerintahkan orang untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran?’ Ia pun
menjawab, ‘Begitulah, aku yang dahulu memerintahkan orang berbuat baik,
namun aku sendiri tidak menjalankannya, dan aku yang melarang
kemungkaran, namun aku malah menjalankannya’” (HR. Bukhari).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Ada dua nikmat yang banyak orang melalaikannya, yaitu: nikmat sehat dan waktu luang” (HR. Bukhari).
Dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad bahwa ia berkata, “Hati itu laksana tanah, ilmu adalah tanamannya, dan mudzakarah (kaji ulang) adalah airnya. Ketika siraman air terputus dari tanah, maka keringlah tanamannya”.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Orang yang berilmu dan ahli
berfatwa, tidak ada sesuatu yang lebih dibutuhkannya melainkan sikap
santun, tenang, dan sopan. Itulah kelambu bagi ilmunya dan perhiasannya.
Apabila ia kehilangan sikap itu, maka ilmunya seperti badan yang
telanjang tanpa busana”.
Seseorang itu tergantung kepada agama teman akrabnya. Oleh karena itu,
hendaklah seseorang memperhatikan siapakah yang akan dijadikan sebagai
teman akrab (HR. Tirmidzi).
Nabi bersabda, “Janganlah kalian bersahabat kecuali dengan orang
beriman, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa” (HR. Tirmidzi).
Nabi bersabda, “Pergunakanlah lima kesempatan, sebelum datangnya lima
halangan: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu
sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan masa kayamu
sebelum masa miskinmu” (HR. Ahmad).
Nabi bersabda, “Sesungguhnya di antara amal kebaikan seorang mukmin yang
dapat menyusul setelah kematiannya adalah: ilmu bermanfaat yang
diajarkan dan disebarluaskan, anak shaleh yang ditinggalkan, mushaf yang
diwariskan, masjid yang dibangun, rumah untuk ibnu sabil yang
dibangun, sungai yang dialirkan, sedekah yang dikeluarkan sewaktu
sehatnya dan hidupnya. Semua itu akan menyusul setelah kematiannya” (HR. Ibnu Majah).
Imam Khatib al-Baghdadi meriwayatkan dari Al-Junaid bahwa ia berkata,
“Tak seorangpun yang mencari sesuatu dengan sungguh dan jujur, kecuali
ia pasti mendapatkannya. Kalaupun tidak meraih semuanya, maka
sebagiannya”.
Nabi bersabda, “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah meraih hidayah, kecuali karena mereka suka berdebat” (HR. Tirmdzi).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata,
“Orang-orang sekarang banyak terjangkiti fitnah ini. Mereka menganggap
bahwa orang yang banyak berbicara, berdebat, dan bertengkar dalam
masalah-masalah agama itu lebih pandai dibandingkan yang tidak demikian.
Ini adalah kebodohan murni”.
Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi (An-Najm: 29).
Sa’id bin Jubair rahimahullah
berkata, “Seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap belajar.
Jika ia meninggalkan belajar dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki,
maka ketika itulah ia menjadi orang bodoh”.
Dikatakan kepada Ibnu Abbas, “Dengan perangkat apa engkau memperoleh ilmu?” Ia menjawab, “Dengan lisan yang pandai bertanya dan hati yang selalu berpikir”.
Ibnu Abdil Barr meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdillah mendapatkan berita
adanya sebuah hadits di tempat Abdullah bin Unais, maka ia pun pergi
kesana dengan menempuh perjalanan selama satu bulan hingga sampai di
negeri Syam, hanya untuk mendengarkan sebuah hadits darinya yang ia
dengar dari Rasulullah.
B. Hormat Pada Ulama
Dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu ia
berkata, “Di antara hak seorang yang berilmu yang harus kau tunaikan
adalah tatkala kamu menyampaikan salam kepada sekumpulan orang, khususkan untuknya satu penghormatan.
Hendaklah kamu duduk di depannya dan jangan memberikan isyarat dengan
tanganmu di sampingnya. Janganlah kamu memejamkan matamu, dan jangan
mengatakan kepadanya, ‘Fulan berpendapat lain dengan pendapat anda’, dan
janganlah menggunjing seseorang di hadapannya”.
Dari Abu Salmah, bahwa Ibnu Abbas mendatangi Zaid bin Tsabit kemudian
Ibnu Abbas menuntun untanya. Maka Zaid pun berkata, “Biarkanlah wahai
putra paman Rasulullah!” Maka Ibnu Abbas menjawab, “Demikianlah kami
memperlakukan ulama dan para tokoh kami” (HR. Hakim).
Imam Syafi’i rahimahullahu ta'ala berkata,
“Saya dahulu membuka lembaran kertas di depan Imam Malik dengan sangat
pelan agar ia tidak mendengar suaranya karena hormatku kepadanya”.
Hasan bin Ali berkata kepada putranya, “Wahai anakku, jika kamu bergaul
dengan para ulama, maka jadilah kamu orang yang lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara, belajarlah untuk mendengarkan dengan
baik sebagaimana kamu belajar diam dengan baik, dan janganlah kamu
memutus pembicaraan seseorang meskipun ia berbicara panjang hingga ia
berhenti berbicara”.
Source: http://universologi.blogspot.co.id/2011/08/kiat-menuntut-ilmu-yang-berkah.html
Source: http://universologi.blogspot.co.id/2011/08/kiat-menuntut-ilmu-yang-berkah.html
0 comments:
Post a Comment
Jangan melakukan SPAM dan berkomenlah dengan tata cara yang baik. Matur tampi asih.